Mengapa dunia semakin panas? Dua hal yang menjadi penyebab.Panasnya bumi yang semakin tak terbendung karena pohon yang seharusnya tumbuh sudah berganti dengan pohon berakar besi, dan juga panasnya hati dan otak karena kebutuhan hidup yang semakin membuat manusia mengalami ketidak normalan hidup. Coba lihat saja gaya hidup sekarang, tidak ada lagi waktu yang longgar untuk anak-anak dan keluarga. Semua sibuk mencari "uang" untuk kebutuhan hidup, sekaligus kecukupan dan kalau bisa "segepok uang lagi" untuk memenuhi hajat "keroyalan plus kemewahan" hidup! Gila dan semakin gila! Semua sudah lari dari kodrat awal manusia diciptakan. Membuat keseimbangan hidup yang mampu membuat dunia semakin indah serta dipenuhi kerukunan yang dilandasi kesederhanaan dan kasih sayang. Bagaimana mungkin mengasihi sesama, kalau untuk keluarga sekalipun nggak ada lagi waktu tersisa?!
Kenyataan seperti ini membuat kita harus lebih banyak menyegarkan pikiran. Baik dengan lebih mendekatkan diri kepada "Sang Khalik" ataupun aktivitas hidup yang mampu membuat "hidup tidak cepat mati". Bukankah orang bisa disebut mati bila hatinya sudah tidak lagi mengenal sesama? Bukankah orang juga di sebut mati bila sudah tidak lagi bisa lagi melihat keindahan hidup dan dunia? Mati tidak hanya "lenyapnya nyawa dari raga", mati juga boleh diartikan bagi mereka yang sudah tidak lagi mengenal arti hidup!
Dunia memang semakin gila sehingga banyak orang kemudian menjadi mati. Aku sungguh tdak mengerti mengapa akhirnya bisa seperti ini. Kesalahan Tuhan atau kesalahan manusiakah? Bagi mereka yang tidak pernah "percaya Tuhan" tentunya akan menyalahkan-Nya. Ya, seandainya manusia diciptakan seperti binatang atau pohon, tentunya nggak akan pernah terjadi kondisi yang seperti ini. Bagi "mereka yang taat beribadah" dan selalu menyerahkan segala jalan kehidupannya kepada "Yang Maha Pencipta", tentunya sekalipun tidak akan pernah menyalahkan Tuhan. Bukankah manusia diberi kebebasan sepenuhnya untuk membawa kearah mana hidup mau dibawa. Semua kekacauan hidup ini karena "ketololan dan keserakahan" manusia sendiri karena mereka semakin menjauh dari"penciptanya".
Contoh kecil yang bersama kita lihat, tentang bagaimana panasnya hidup, kita bisa melihat gaya hidup para celebritis. Terkadang aku membatin. O..., seperti itu gaya hidup mereka. Pagi-pagi baru pulang kerja, rumah berganti mobil, malam melek siangnya tidur sebentar, langsung tancap gas lembur shothing lagi. O..., makanya hidup mereka juga "seperi orang gila". Kawin sebentar sudah cerai, pulang malam mabuk, nabrak orang, nyantai di klub malam sambil nyabu e....ketangkap polisii! Melihat ini semua aku cuma bis "ndomblong" (terlongong-longong heran). Aku.., tak bisa lagi kubayangkan seandainya hidupku juga seperti mereka. Aku tidak kepingin jadi "orang tolol dan serakah" yang membuat hidup tidak lagi dingin. Trus aku bertanya lagi dengan mereka yang setiap paginya harus berangkat kerja berdasi dengan sepatu mengkilap. Apakah gaya hidup mereka juga seperti para celebritis ataukah mereka lebih banyak punya waktu longgar? Asal jangan punya banyak waktu longgar karena bolos kerja saja. Sudah dikantor cuma baca koran , e...pulang pagi nggak nyampe rumah, ternyata sudah nongkrong di mall (atau lebih gila lagi. Sudah nyanggong di hotel!).
Kenyataan seperti ini membuat kita harus lebih banyak menyegarkan pikiran. Baik dengan lebih mendekatkan diri kepada "Sang Khalik" ataupun aktivitas hidup yang mampu membuat "hidup tidak cepat mati". Bukankah orang bisa disebut mati bila hatinya sudah tidak lagi mengenal sesama? Bukankah orang juga di sebut mati bila sudah tidak lagi bisa lagi melihat keindahan hidup dan dunia? Mati tidak hanya "lenyapnya nyawa dari raga", mati juga boleh diartikan bagi mereka yang sudah tidak lagi mengenal arti hidup!
Dunia memang semakin gila sehingga banyak orang kemudian menjadi mati. Aku sungguh tdak mengerti mengapa akhirnya bisa seperti ini. Kesalahan Tuhan atau kesalahan manusiakah? Bagi mereka yang tidak pernah "percaya Tuhan" tentunya akan menyalahkan-Nya. Ya, seandainya manusia diciptakan seperti binatang atau pohon, tentunya nggak akan pernah terjadi kondisi yang seperti ini. Bagi "mereka yang taat beribadah" dan selalu menyerahkan segala jalan kehidupannya kepada "Yang Maha Pencipta", tentunya sekalipun tidak akan pernah menyalahkan Tuhan. Bukankah manusia diberi kebebasan sepenuhnya untuk membawa kearah mana hidup mau dibawa. Semua kekacauan hidup ini karena "ketololan dan keserakahan" manusia sendiri karena mereka semakin menjauh dari"penciptanya".
Contoh kecil yang bersama kita lihat, tentang bagaimana panasnya hidup, kita bisa melihat gaya hidup para celebritis. Terkadang aku membatin. O..., seperti itu gaya hidup mereka. Pagi-pagi baru pulang kerja, rumah berganti mobil, malam melek siangnya tidur sebentar, langsung tancap gas lembur shothing lagi. O..., makanya hidup mereka juga "seperi orang gila". Kawin sebentar sudah cerai, pulang malam mabuk, nabrak orang, nyantai di klub malam sambil nyabu e....ketangkap polisii! Melihat ini semua aku cuma bis "ndomblong" (terlongong-longong heran). Aku.., tak bisa lagi kubayangkan seandainya hidupku juga seperti mereka. Aku tidak kepingin jadi "orang tolol dan serakah" yang membuat hidup tidak lagi dingin. Trus aku bertanya lagi dengan mereka yang setiap paginya harus berangkat kerja berdasi dengan sepatu mengkilap. Apakah gaya hidup mereka juga seperti para celebritis ataukah mereka lebih banyak punya waktu longgar? Asal jangan punya banyak waktu longgar karena bolos kerja saja. Sudah dikantor cuma baca koran , e...pulang pagi nggak nyampe rumah, ternyata sudah nongkrong di mall (atau lebih gila lagi. Sudah nyanggong di hotel!).
Panasnya dunia membuat panasnya bathok kepala. Semua jadi gila!!!!!
0 komentar:
Posting Komentar